Harry Potter
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Harry Potter
Logo Harry Potter, digunakan pertama kali dalam seri novel edisi Amerika Serikat dan kemudian dalam seri film.
|
Pengarang |
J.K. Rowling |
Negara |
Britania Raya |
Bahasa |
Inggris |
Genre |
Fantasi, Fiksi remaja, Misteri, Cerita seru, Bildungsroman, Peralihan usia, Realisme sihir |
Penerbit |
Bloomsbury Publishing (Britania Raya)
Scholastic Press (Amerika Serikat) |
Tanggal rilis |
29 Juni 1997 – 21 Juli 2007 |
Jenis media |
Cetak (sampul keras & sampul biasa)
Buku audio
Buku elektronik |
Halaman |
3407 total |
Harry Potter adalah seri tujuh
novel fantasi yang dikarang oleh penulis
Inggris J. K. Rowling. Novel ini mengisahkan tentang petualangan seorang
penyihir remaja bernama
Harry Potter dan sahabatnya,
Ronald Weasley dan
Hermione Granger, yang merupakan pelajar di
Sekolah Sihir Hogwarts. Inti cerita dalam novel-novel ini berpusat pada upaya Harry untuk mengalahkan penyihir hitam jahat bernama
Lord Voldemort, yang berambisi untuk menjadi makhluk abadi, menaklukkan
dunia sihir, menguasai orang-orang nonpenyihir, dan membinasakan siapapun yang menghalangi jalannya, terutama Harry Potter.
Sejak dirilisnya novel pertama,
Harry Potter and the Philosopher's Stone (di Indonesia diterbitkan dengan judul
Harry Potter dan Batu Bertuah)
pada tanggal 30 Juni 1997, seri ini telah mendapatkan popularitas
besar, berbagai pujian kritis, dan kesuksesan komersial di seluruh
dunia.
[1] Beberapa kritikus juga melontarkan kritikan negatif, terutama karena temanya yang gelap. Pada Juli 2013,
seri ini telah terjual sekitar 450 juta kopi di seluruh dunia,
menjadikannya sebagai novel seri paling laris sepanjang masa, dan telah
diterjemahkan ke dalam 73 bahasa.
[2][3] Empat novel terakhir secara berturut-turut mencetak rekor sebagai buku dengan penjualan tercepat dalam sejarah.
Dengan memuat banyak
genre, termasuk
fantasi dan bildungsroman (dengan unsur
misteri,
cerita seru, petualangan, dan
roman), seri ini telah melahirkan banyak makna dan referensi budaya.
[4][5][6][7] Menurut Rowling,
tema utama dalam seri ini adalah
kematian.
[8] Terdapat juga tema lainnya, seperti prasangka dan korupsi.
[9]
Penerbit awal novel-novel
Harry Potter adalah Bloomsbury di
Britania Raya dan
Scholastic Press di
Amerika Serikat. Di samping itu, seri ini telah diterbitkan oleh berbagai penerbit di seluruh dunia, termasuk Indonesia, yang diterbitkan oleh
Gramedia Pustaka Utama. Keseluruhan novel, dengan novel ketujuh dibagi menjadi dua bagian, telah diadaptasi menjadi delapan
seri film oleh
Warner Bros. Pictures, dan menjadi
film seri paling sukses sepanjang masa. Seri
Harry Potter juga telah menghasilkan berbagai merek dagang yang berhubungan dengan cerita, menjadikan merek
Harry Potter bernilai lebih dari $15 milyar.
[10]
Selain itu, terkait dengan kesuksesan novel dan film-filmnya, Rowling
telah menjadi penulis terkaya sepanjang sejarah kesusasteraan.
[11] Harry Potter
juga dijadikan sebagai tema taman hiburan seperti The Wizarding World
of Harry Potter di Islands of Adventure, Universal Parks & Resorts.
Plot
Set lengkap ketujuh novel Harry Potter.
Novel ini mengisahkan tentang
Harry Potter, seorang anak laki-laki
yatim piatu yang pada usia sebelas tahun mengetahui bahwa ia adalah seorang
penyihir, hidup dalam dunia biasa nonsihir, atau
Muggle.
[12]
Kemampuan sihirnya adalah bawaan dan ia diundang untuk menghadiri
sekolah yang mengajarkan tentang keterampilan dan pengetahuan sihir.
[13] Harry kemudian menjadi pelajar di
Sekolah Sihir Hogwarts,
dan di sana sebagian besar kisah novel berlangsung. Di Hogwarts, Harry
melalui masa-masa remajanya, ia belajar untuk mengatasi berbagai masalah
yang dihadapinya: sihir, sosial dan emosional, termasuk permasalahan
remaja biasa seperti cinta, persahabatan, dan ujian sekolah, serta ujian
terbesar untuk mempersiapkannya dalam menghadapi konfrontasi yang ada
di depannya.
[14]
Setiap novel mengisahkan tentang satu tahun kehidupan Harry,
[15] dengan peristiwa novel yang berlangsung antara tahun 1991-1998.
[16]
Kisah novel ini juga mengandung banyak kilas balik, yang sering dialami
oleh Harry saat melihat kenangan karakter lain melalui benda sihir yang
disebut
Pensieve.
Lingkungan pengisahan yang dibuat oleh Rowling benar-benar terpisah
dari realitas, namun masih terkait erat satu sama lainnya. Jika
tanah fantasi Narnia adalah dunia alternatif dan
Dunia Tengah Lord of the Rings adalah dunia magis, maka dunia sihir
Harry Potter secara paralel ada di dalam dunia nyata yang mengandung versi magis dari unsur-unsur biasa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
Harry Potter, banyak institusi dan lokasi yang dikenali, misalnya
London.
[17] Dunia
Harry Potter
terdiri dari sekumpulan jalan-jalan tersembunyi yang diabaikan manusia
biasa, tempat minum kuno, puri di wilayah sepi, dan kastil terpencil
yang tidak terlihat oleh populasi Muggle.
[13]
Tahun-tahun awal
Model kastil
Hogwarts, tempat Harry mempelajari pendidikan sihir dan menjadi latar tempat hampir di keseluruhan cerita novel.
Dalam bab pertama di novel pertama,
Harry Potter dan Batu Bertuah, dikisahkan bahwa peristiwa yang luar biasa telah terjadi di dunia sihir, suatu peristiwa yang sangat luar biasa, bahkan para
Muggle
melihat tanda-tandanya. Latar belakang mengenai peristiwa luar biasa
ini dan sosok Harry Potter diungkapkan secara bertahap sepanjang seri.
Setelah bab pendahuluan, kisah novel melompat bertahun-tahun kemudian,
saat sebelum ulang tahun kesebelas Harry Potter, dan pada titik ini,
latar belakang Harry Potter mulai terungkap.
Kontak pertama Harry dengan dunia sihir adalah melalui seorang manusia setengah raksasa bernama
Rubeus Hagrid, penjaga dan juru kunci di
Hogwarts. Hagrid mengungkapkan tentang sejarah masa lalu Harry.
[18]
Melalui cerita Hagrid, Harry mengetahui bahwa saat ia bayi, ia
menyaksikan pembunuhan orangtuanya oleh seorang penyihir hitam jahat
bernama
Lord Voldemort, yang kemudian juga berupaya untuk membunuhnya.
[18]
Untuk alasan yang tidak diketahui, mantra yang dilontarkan oleh
Voldemort untuk membunuh Harry berbalik kepadanya. Harry selamat dengan
menyisakan bekas luka berbentuk sambaran petir di dahinya sebagai bukti
atas serangan tersebut, dan Voldemort menghilang. Setelah selamat dari
serangan Voldemort, Harry menjadi seorang legenda hidup dalam dunia
sihir. Namun, atas perintah dari seorang penyihir terhormat dan terkenal
bernama
Albus Dumbledore, Harry yang yatim piatu dititipkan pada kerabat
Muggle nya yang tidak menyenangkan,
keluarga Dursley.
Keluarga Dursley bersedia untuk merawat Harry, namun memutuskan untuk
merahasiakan hal-hal magis darinya dengan harapan bahwa Harry akan
tumbuh "normal".
[18]
Dengan bantuan Hagrid, Harry bersiap untuk menjalani tahun pertamanya
di Hogwarts. Harry pun mulai menjelajahi dunia sihir, pembaca akan
diperkenalkan pada berbagai lokasi utama yang digunakan di sepanjang
seri. Harry bertemu dengan sebagian besar
karakter utama dalam seri, termasuk dua tokoh yang kelak akan menjadi sahabat baiknya:
Ron Weasley, seorang penyihir yang berasal dari keluarga penyihir murni, kuno, namun miskin, dan
Hermione Granger, seorang penyihir cerdas yang berasal dari keluarga nonpenyihir atau Muggle.
[18][19] Di Hogwarts, Harry juga bertemu dengan guru ramuan
Severus Snape,
yang menunjukkan kebencian dan ketidaksukaannya pada Harry. Plot buku
pertama diakhiri dengan konfrontasi antara Harry dan Lord Voldemort
untuk kedua kalinya; Voldemort berupaya untuk memperoleh kembali
keabadian dengan cara mendapatkan kekuatan dari
Batu Bertuah, zat yang memberikannya kehidupan yang kekal, dan Harry beserta teman-temannya berusaha untuk menggagalkannya.
[18]
Seri dilanjutkan dengan
Harry Potter dan Kamar Rahasia,
yang mengisahkan tentang tahun kedua Harry di Hogwarts. Harry dan
teman-temannya menyelidiki misteri 50 tahun yang lalu terkait dengan
peristiwa mencekam yang kembali terjadi di sekolah. Adik perempuan Ron,
Ginny Weasley, menjalani tahun pertamanya di Hogwarts, dan menemukan sebuah
buku harian
yang ternyata merupakan buku harian milik Voldemort saat ia masih
bersekolah di Hogwarts. Ginny dikuasai oleh Voldemort melalui buku
hariannya dan menuntunnya untuk membuka jalan ke "Kamar Rahasia",
melepaskan monster kuno yang menyerang para siswa di Hogwarts. Novel ini
menggali tentang sejarah Hogwarts dan legenda seputar Kamar Rahasia.
Untuk pertama kalinya, Harry mengetahui bahwa prasangka rasial mengenai
"darah murni" dan "darah kotor" juga ada dalam dunia sihir, dan bahwa
saat Voldemort berkuasa, penyihir keturunan Muggle atau "berdarah
campuran" sering dijadikan sasaran teror. Harry juga mengetahui bahwa ia
bisa berbicara
Parseltongue (bahasa ular), pemilik kemampuan tersebut sangat jarang dan sering dikaitkan dengan
Ilmu hitam. Novel ini berakhir setelah Harry menyelamatkan kehidupan Ginny dengan membunuh
Basilisk dan menghancurkan buku harian tersihir yang menjadi sumber masalah.
Novel ketiga,
Harry Potter dan Tawanan Azkaban, mengisahkan tentang tahun ketiga Harry di Hogwarts. Ini adalah satu-satunya novel
Harry Potter yang tidak menampilkan Voldemort dalam ceritanya. Sebaliknya, Harry mengetahui bahwa ia menjadi target
Sirius Black,
seorang pembunuh yang melarikan diri dari penjara sihir, dan diyakini
ikut terlibat dalam kematian orangtua Harry. Setelah Harry dilemahkan
oleh
dementor –
makhluk sihir hitam yang memiliki kekuatan untuk melahap jiwa manusia –
yang ditempatkan di Hogwarts untuk melindungi sekolah, Harry bertemu
dengan
Remus Lupin, guru
Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam yang kemudian terungkap bahwa ia merupakan
manusia serigala.
Lupin mengajarkan Harry langkah-langkah pertahanan tingkat atas
terhadap sihir hitam, terutama dementor, yang umumnya belum dipelajari
oleh siswa seusianya. Harry kemudian mengetahui bahwa Lupin dan Black
dahulunya adalah sahabat ayahnya, dan Black dijebak oleh teman mereka
yang lainnya,
Peter Pettigrew.
[20]
Dalam novel ini, terungkap bahwa tidak satupun guru Pertahanan Terhadap
Ilmu Hitam yang bertahan lebih dari satu tahun ajaran, dan hal ini
selanjutnya berulang dalam novel-novel berikutnya.
Kembalinya Voldemort
"The Elephant House" – kafe di
Edinburgh tempat Rowling menulis bab-bab pertama
Harry Potter.
Selama tahun keempat Harry di Hogwarts (dikisahkan dalam
Harry Potter dan Piala Api),
Harry secara tidak terduga terpilih sebagai peserta Turnamen Triwizard;
kontes sihir berbahaya di mana Harry harus bersaing melawan
penyihir-penyihir "jagoan" dari sekolah-sekolah sihir lainnya, dan juga
siswa dari Hogwarts sendiri.
[21] Selama turnamen, Harry dipandu oleh Profesor
Alastor "Mad-Eye" Moody, yang kemudian diketahui adalah seorang penipu –salah satu pendukung Voldemort bernama
Barty Crouch, Jr
yang menyamar. Pada titik ini, terjadi pergeseran pengisahan dari yang
sebelumnya hanya berupa firasat, dugaan, dan ketidakpastian, menjadi
suatu konflik terbuka. Rencana Voldemort dengan menyusupkan Crouch ke
dalam turnamen untuk membawa Harry padanya berhasil. Meskipun pada
akhirnya Harry berhasil lolos dari Voldemort,
Cedric Diggory, wakil Hogwarts lainnya dalam Turnamen Triwizard, terbunuh, dan Voldemort kembali memasuki dunia sihir dengan fisik utuh.
Dalam buku kelima,
Harry Potter dan Orde Phoenix,
Harry kembali berhadapan dengan Voldemort yang baru bangkit. Dalam
menanggapi kemunculan Voldemort, Dumbledore kembali mengaktifkan
Orde Phoenix, yaitu perkumpulan rahasia yang bergiat dari rumah keluarga
Sirius Black
yang bertujuan untuk menghadapi pelahap maut Voldemort dan melindungi
siapapun yang menjadi target Voldemort, terutama Harry. Meskipun Harry
dan Dumbledore telah menjelaskan tentang kembalinya Voldemort,
Kementerian Sihir dan kebanyakan masyarakat sihir lainnya menolak mempercayai bahwa Voldemort telah kembali.
[22] Dalam upaya untuk melawan dan mendiskreditkan Dumbledore, Kementerian menunjuk
Dolores Umbridge
sebagai Inkuisitor Agung Hogwarts. Umbridge lalu mengubah Hogwarts
menjadi rezim diktator dan melarang siswa mempelajari cara-cara untuk
mempertahankan diri dalam melawan sihir hitam.
[22]
Harry kemudian membentuk "
Laskar Dumbledore",
sebuah kelompok belajar rahasia di mana Harry bertugas untuk mengajari
teman-temannya keterampilan sihir Pertahanan terhadap Ilmu Hitam tingkat
tinggi yang telah ia pelajari. Harry mengetahui bahwa ada
ramalan penting mengenai dirinya dan Voldemort, dan ramalan inilah yang telah memicu Voldemort untuk membunuh orang tua Harry.
[23]
Harry juga mengetahui bahwa ia dan Voldemort memiliki koneksi yang
tidak diinginkan, dan menyakitkan setiap kali koneksi itu muncul, yang
membuat Harry bisa menyaksikan tindakan Voldemort secara telepati. Dalam
klimaks novel ini, Harry dan teman-temannya bertempur secara langsung
menghadapi
Pelahap Maut.
Meskipun kedatangan tepat waktu para anggota Orde Phoenix menyelamatkan
nyawa Harry dan teman-temannya, Sirius Black terbunuh dalam pertarungan
ini.
[22]
Dalam buku keenam,
Harry Potter dan Pangeran Berdarah Campuran,
Voldemort mulai melancarkan perang terbuka. Di Hogwarts, Harry dan
teman-temannya yang beranjak remaja secara relatif terlindungi dari
bahaya. Mereka terlibat dalam berbagai permasalahan remaja, dan Harry
akhirnya mulai berkencan dengan
Ginny Weasley.
Di awal-awal cerita, Harry menemukan buku ramuan tua yang penuh dengan
coretan dan instruksi-instruksi tidak resmi dari sang pemilik buku yang
misterius; si "Pangeran Berdarah Campuran". Buku ini dengan cepat
menjadi sumber kesuksesan Harry dalam kelas ramuan, namun karena
berbagai mantra ilegal yang tertulis di dalamnya, buku ini juga menjadi
sumber kekhawatiran, terutama dari Hermione. Pada tahun ini, Harry juga
mengikuti pelajaran privat dengan Dumbledore, yang menunjukkan pada
Harry berbagai kenangan tentang kehidupan awal Voldemort. Selama
pelajaran privatnya, terungkap bahwa untuk mempertahankan hidupnya,
Voldemort telah membagi jiwanya menjadi potongan-potongan, menciptakan
serangkaian
horcrux,
benda dengan kekuatan jahat yang tersembunyi di berbagai lokasi, dan
salah satunya adalah buku harian yang dihancurkan Harry dalam buku
kedua.
[24] Musuh Harry yang arogan,
Draco Malfoy,
berusaha untuk membunuh Dumbledore di sepanjang novel. Upaya Malfoy ini
memuncak dengan terbunuhnya Dumbledore oleh Profesor Snape; si
"Pangeran Berdarah Campuran" yang sebenarnya.
Novel terakhir dalam seri,
Harry Potter dan Relikui Kematian,
dimulai langsung setelah peristiwa dalam buku keenam. Voldemort sukses
menguasai dan mengontrol Kementerian Sihir. Harry, Ron, dan Hermione
memutuskan untuk tidak kembali ke Hogwarts dan memulai upaya mereka
untuk menemukan dan menghancurkan
horcrux
Voldemort yang tersisa. Untuk memastikan keselamatan mereka sendiri
serta keluarga dan teman-teman mereka, ketiganya terpaksa mengisolasi
diri mereka di lokasi-lokasi yang tidak terlacak. Dalam petualangan
mereka mencari horcrux, mereka bertiga mengetahui detil tentang masa
lalu Dumbledore, tentang benda lainnya yang disebut
hallow yang
bisa digunakan untuk menangkal horcrux, serta motif Snape yang
sebenarnya – ia bekerja untuk Dumbledore sejak pembunuhan ibu Harry.
Buku ketujuh ini memuncak dalam Pertempuran Hogwarts. Harry, Ron, dan Hermione beserta anggota
Orde Phoenix,
para guru, dan siswa Hogwarts, bertempur untuk mempertahankan Hogwarts
dari Voldemort, Pelahap Mautnya, dan berbagai makhluk gaib. Beberapa
karakter utama tewas dalam pertempuran gelombang pertama. Setelah
mengetahui bahwa ia sendiri adalah horcrux, Harry menyerahkan dirinya
kepada Voldemort, yang melontarkan kutukan maut padanya. Namun, para
pejuang Hogwarts tidak menyerah. Meskipun mereka meyakini bahwa Harry
telah tewas, mereka terus berjuang. Harry, yang sebenarnya berhasil
kembali dari situasi antara hidup dan kematian dan kemudian berpura-pura
mati, akhirnya menghadapi Voldemort, yang semua horcruxnya telah
hancur. Dalam pertempuran berikutnya, Voldemort terbunuh oleh kutukannya
sendiri yang berbalik. Di akhir novel, terdapat sebuah epilog yang
menceritakan tentang kehidupan para karakter yang bertahan hidup dan
keberlangsungan dunia sihir.
Sampul-sampul novel Harry Potter edisi Amerika Serikat.
Karya tambahan
Rowling telah memperluas
dunia Harry Potter dengan menulis beberapa buku singkat yang diproduksi untuk berbagai kegiatan amal.
[25][26] Pada tahun 2001, Rowling merilis
Hewan-Hewan Fantastis dan Di Mana Mereka Bisa Ditemukan (buku teks Hogwarts yang diakui) dan
Quidditch dari Masa ke Masa (buku yang dibaca Harry sebagai selingan). Hasil dari penjualan dua buku tersebut disumbangkan kepada badan amal Comic Relief.
[27] Pada tahun 2007, Rowling menerbitkan tujuh salinan tulisan tangan dari
Kisah-Kisah Beedle Si Juru Cerita,
kumpulan dongeng penyihir yang disebutkan dalam novel terakhir. Hasil
penjualan buku ini digunakan untuk membantu Children's High Level Group,
badan amal yang menyediakan dana bagi anak-anak dengan keterbelakangan
mental di negara-negara miskin. Buku ini diterbitkan secara
internasional pada tanggal 4 Desember 2008.
[28][29] Rowling juga menulis sebuah
prekuel
sepanjang 800 kata pada tahun 2008 sebagai bagian dari kampanye
pengumpulan dana yang diselenggarakan oleh penjual buku Waterstones.
[30]
Ketiga buku di atas berisi informasi tambahan tentang dunia sihir yang
tidak dijelaskan dalam novel aslinya. Pada tahun 2011, Rowling
meluncurkan
situs web untuk proyek barunya yang disebut
Pottermore.
[31] Pottermore dibuka untuk umum pada 14 April 2012.
[32]
Pottermore ini memungkinkan pengguna untuk diseleksi, dipilih menurut
tongkat sihir mereka, dan memainkan berbagai permainan mini. Tujuan
utama dari situs web ini adalah mengajak pengguna untuk berpetualang ke
sepanjang cerita dengan akses ke konten-konten yang tidak diungkapkan
oleh Rowling sebelumnya, dengan lebih dari 18.000 kata konten tambahan.
[33]
Struktur dan genre
Novel-novel
Harry Potter tergolong ke dalam genre sastra
fantasi, namun, dalam banyak hal novel-novel ini juga bisa dikategorikan
bildungsromans, atau novel transisi usia,
[34] serta juga mengandung unsur-unsur seperti
misteri, petualangan,
thriller, dan
roman.
Harry Potter dianggap sebagai bagian dari kisah-kisah mengenai sekolah asrama anak di Inggris, sama seperti Stalky & Co.
Rudyard Kipling,
Malory Towers nya
Enid Blyton, seri
St. Clare dan
Naughtiest Girl, serta
Billy Bunter karya Frank Richards. Novel-novel
Harry Potter berlatar tempat di
Hogwarts, sebuah sekolah asrama fiksi untuk para penyihir di
Inggris, dengan kurikulumnya yang mengajarkan tentang pendidikan
sihir.
[35] Secara tidak langsung,
Harry Potter dipengaruhi oleh
Tom Brown's School Days karya
Thomas Hughes dan novel-novel era Victoria dan Edwardian lainnya yang menceritakan tentang kehidupan di sekolah publik Britania.
[36][37] Menurut
Stephen King,
Harry Potter adalah "cerita misteri yang cerdik",
[38] dan masing-masing novel dikembangkan dengan pendekatan
misteri petualangan bergaya
Sherlock Holmes. Cerita dikisahkan dari sudut pandang orang ketiga tunggal, kecuali dalam beberapa bab (misalnya dalam bab pertama
Harry Potter dan Batu Bertuah,
Piala Api, dan dua bab pertama
Pangeran Berdarah Campuran).
Di tengah-tengah cerita di masing-masing novel, Harry menemui
berbagai masalah dan melanggar berbagai peraturan sekolah saat berupaya
untuk memecahkan permasalahan tersebut. Jika ada siswa yang tertangkap
melanggar peraturan sekolah, maka mereka akan dihukum oleh profesor
Hogwarts. Penggunaan hukuman ini sering ditemui dalam novel-novel dengan
sub-genre sekolah berasrama.
[35] Namun, cerita di masing-masing novel selalu mencapai klimaksnya pada waktu
musim panas, mendekati atau setelah diselenggarakannya ujian akhir, dan Harry harus berhadapan dengan
Voldemort atau salah satu
Pelahap Maut
nya, dengan taruhan hidup dan mati. Seiring dengan perkembangan seri,
satu atau lebih karakter tewas dalam empat novel terakhir.
[39][40] Sebagai dampaknya, Harry mulai mempelajari pelajaran-pelajaran penting melalui eksposisi dan berdiskusi dengan
kepala sekolah sekaligus mentornya,
Albus Dumbledore.
Dalam novel terakhir,
Harry Potter dan Relikui Kematian,
Harry dan teman-temannya menghabiskan sebagian besar waktu mereka jauh
dari Hogwarts, dan hanya kembali ke sana untuk menghadapi Voldemort di
bab-bab terakhir novel.
[39]
Untuk melengkapi format bildungsroman, dalam novel ini Harry mulai
tumbuh dewasa, kehilangan kesempatan untuk menjalani tahun terakhirnya
sebagai murid di Hogwarts, harus bertindak sebagai orang dewasa, dan
masyarakat di dunia sihir bergantung pada keputusannya.
[41]
Tema
Menurut Rowling, tema utama dalam seri
Harry Potter adalah
kematian:
"Buku saya sebagian besar tentang kematian. Dibuka dengan kematian
orang tua Harry. Ada obsesi Voldemort untuk menaklukkan kematian dan
menemukan
keabadian
dengan harga apapun, tujuan setiap orang yang memiliki kemampuan sihir.
Saya jadi mengerti kenapa Voldemort ingin mengalahkan kematian. Kita
semua takut pada hal itu."
[8]
Para
akademisi
dan jurnalis telah mengembangkan penafsiran lain yang terkait dengan
tema dalam novel, beberapa di antaranya lebih kompleks daripada yang
lain, dan beberapa yang lainnya juga menyatakan terdapat tema politik.
Tema-tema seperti
normalitas, penindasan, kelangsungan hidup, dan pemaksaan kehendak dianggap sebagai tema lazim yang terdapat di seluruh seri.
[42] Selain itu, tema tentang perjalanan menuju masa remaja dan penderitaan juga terdapat dalam novel.
[43]
Rowling sendiri menyatakan bahwa bukunya terdiri dari "argumen
berkepanjangan untuk toleransi, permohonan berkepanjangan untuk
mengakhiri kefanatikan", dan juga untuk menyampaikan pesan mengenai
"permasalahan kebijaksanaan dan tidak mengasumsikan bahwa pemaksaan dan
tekanan akan memberitahumu seluruh kebenaran".
[44]
Tema lainnya yang bisa ditemukan dalam novel adalah
kekuasaan/penyalahgunaan kekuasaan, cinta, prasangka, dan pilihan bebas.
Tema-tema ini, menurut Rowling, "sangat mengakar kuat di seluruh plot
cerita", penulis lebih suka membiarkan tema "tumbuh secara alami",
daripada berusaha untuk menyampaikan ide-ide tersebut kepada para
pembaca.
[9]
Tema lainnya yang selalu ada dalam cerita adalah masa remaja. Menurut
Rowling, penggunaan tema ini bertujuan untuk menggambarkan perkembangan
seksualitas karakternya dan tidak membiarkan Harry "terjebak dalam
situasi pra-remaja permanen".
[45]
Rowling menyatakan bahwa menurutnya, signifikansi tema moral dalam
cerita tampak "jelas menyilaukan". Kunci cerita menurut Rowling adalah
pilihan antara apa yang benar dan apa yang mudah, "karena hal itu adalah
bagaimana tirani dimulai, dengan orang-orang
apatis yang mengambil rute mudah dan tiba-tiba menemukan dirinya dalam kesulitan besar."
[46]
Penciptaan dan publikasi
Pada tahun 1990, Rowling berada di kereta yang penuh sesak dari
Manchester ke
London ketika ide mengenai Harry tiba-tiba "jatuh ke kepalanya". Rowling memberikan penjelasan tentang pengalamannya di situs webnya:
[47]
“ |
Saya
telah menulis hampir tanpa jeda sejak umur enam tahun tetapi sebelumnya
saya tidak pernah merasa begitu bergairah akan suatu gagasan. Saya hanya
duduk dan berpikir, selama empat jam (menunggu keterlambatan kereta
api), dan semua detil bermunculan di otak saya, dan anak laki-laki kurus
berambut hitam dan berkaca mata yang tidak menyadari bahwa ia adalah
seorang penyihir semakin lama semakin nyata bagi saya. |
” |
Rowling menyelesaikan
Harry Potter dan Batu Bertuah pada tahun 1995 dan
naskah novel itu dikirimnya pada beberapa agen penerbitan.
[48]
Agen kedua yang dikiriminya naskah, Christopher Little, menawarkan
untuk mewakilinya mengirimkan naskah tersebut pada penerbit Bloomsbury.
Setelah ditolak oleh delapan penerbit, Bloomsbury akhirnya menawari
Rowling uang muka sebesar
£2.500 untuk menerbitkan novel tersebut.
[49][50] Meskipun Rowling menyatakan bahwa ia tidak memiliki target khusus mengenai
usia pembacanya ketika ia mulai menulis buku-buku
Harry Potter, penerbit pada awalnya menetapkan target pembacanya adalah anak-anak yang berusia antara sembilan hingga sebelas tahun.
[51] Pada malam sebelum penerbitan, Rowling diminta oleh penerbitnya untuk menggunakan
nama pena yang lebih
netral-gender,
supaya dapat menarik anak laki-laki dalam jangkauan umur tersebut,
karena mereka khawatir bahwa anak laki-laki tidak akan tertarik membaca
novel yang mereka ketahui ditulis oleh seorang wanita. Ia memilih untuk
menggunakan nama J. K. Rowling (Joanne Kathleen Rowling), menggunakan
nama neneknya sebagai nama keduanya karena ia tidak memiliki
nama tengah.
[50][52]
Harry Potter and the Philosopher's Stone diterbitkan oleh Bloomsbury, penerbit semua buku-buku
Harry Potter di
Britania Raya, pada tanggal 30 Juni 1997.
[53] Novel ini diterbitkan di
Amerika Serikat pada 1 September 1998 oleh
Scholastic, yang menerbitkannya dengan judul
Harry Potter and the Sorcerer's Stone,
[54]
setelah sebelumnya Rowling menerima bayaran sebesar US$105.000 untuk
hak penerbitan di Amerika Serikat – harga yang sangat luar biasa bagi
sebuah buku anak-anak yang dikarang oleh pengarang yang tidak dikenal
pada saat itu.
[55]
Khawatir bahwa para pembaca di Amerika tidak akan mengerti kata
"philosoper" atau tidak menganggapnya sebagai tema magis (meskipun
"Philosoper's Stone" atau batu filsuf terkait dengan
alkimia), Scholastic bersikeras untuk mengganti judul novel tersebut menjadi
Harry Potter and the Sorcerer's Stone untuk pasar Amerika.
Buku kedua,
Harry Potter dan Kamar Rahasia, awalnya diterbitkan di Britania Raya pada tanggal 2 Juli 1998 dan di AS pada 2 Juni 1999.
Harry Potter dan Tawanan Azkaban kemudian diterbitkan setahun kemudian di Britania Raya pada 8 Juli 1999, dan di Amerika Serikat pada 8 September 1999.
[56] Harry Potter dan Piala Api diterbitkan pada 8 Juli 2000 di waktu yang bersamaan oleh Bloomsbury dan
Scholastic.
[57] Harry Potter dan Orde Phoenix adalah buku terpanjang dalam seri, dengan tebal 766 halaman dalam versi Inggris dan 870 halaman dalam versi Amerika Serikat.
[58] Orde Phoenix diterbitkan secara serentak di negara-negara yang berbahasa Inggris pada tanggal 21 Juni 2003.
[59] Dua tahun kemudian,
Harry Potter dan Pangeran Berdarah Campuran diterbitkan pada 16 Juli 2005, dan terjual sebanyak 9 juta eksemplar dalam waktu 24 jam setelah perilisannya di seluruh dunia.
[60][61] Buku ketujuh sekaligus yang terakhir,
Harry Potter dan Relikui Kematian, diterbitkan pada 21 Juli 2007.
[62]
Buku ini terjual sebanyak 11 juta eksemplar dalam 24 jam pertama
setelah perilisannya, dengan rincian 2,7 juta eksemplar di Britania Raya
dan 8,3 juta eksemplar di Amerika Serikat.
[61]
Terjemahan
Seri ini telah diterjemahkan ke dalam 67 bahasa,
[2][63] menjadikan Rowling sebagai salah satu penulis yang karyanya paling banyak diterjemahkan dalam sejarah.
[64] Seri
Harry Potter telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa yang beragam seperti
Azerbaijan,
Ukraina,
Arab,
Urdu,
Hindi,
Bengali,
Wales,
Afrikaans,
Albania,
Latvia dan
Vietnam. Volume pertama telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin dan bahkan
Yunani Kuno,
[65] menjadikannya sebagai karya terpanjang yang diterbitkan dalam bahasa Yunani Kuno sejak novel
Heliodorus dari Emesa pada abad ke-3 M.
[66]
Beberapa penerjemah yang disewa untuk menggarap novel-novel
Harry Potter adalah penulis-penulis terkenal sebelum mereka menerjemahkan
Harry Potter, misalnya Viktor Golyshev, yang menangani terjemahan
Rusia untuk buku kelima. Terjemahan
bahasa Turki untuk buku kedua sampai ketujuh dilakukan oleh Sevin Okyay, seorang kritikus sastra populer dan komentator budaya.
[67]
Untuk alasan kerahasiaan, terjemahan hanya dapat dimulai ketika novel
yang ber bahasa Inggris sudah dirilis, dengan demikian ada jeda beberapa
bulan sebelum novel diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Hal ini
menyebabkan semakin banyaknya salinan dari edisi bahasa Inggris yang
dijual kepada penggemar yang tidak sabaran di negara-negara non-bahasa
Inggris. Di Perancis, karena tingginya minat untuk membaca buku kelima
ini,
Orde Phoenix edisi bahasa Inggris menjadi buku berbahasa
Inggris pertama yang menempati peringkat atas dalam daftar buku terlaris
di Perancis.
[68]
Edisi Amerika Serikat telah disesuaikan dengan
bahasa Inggris Amerika agar buku-buku ini lebih dimengerti oleh khalayak muda Amerika.
[69] Di Indonesia, keseluruhan buku-buku
Harry Potter diterbitkan oleh
Gramedia Pustaka Utama dan diterjemahkan oleh
Listiana Srisanti.
[70]
Penyelesaian seri
Antrian pembaca yang akan membeli buku terakhir
Harry Potter di toko buku Moskva,
Moskow.
Pada bulan Desember 2005, Rowling menyatakan dalam situs web-nya:
"2006 akan menjadi tahun ketika saya menulis buku terakhir dalam seri
Harry Potter."
[71] Perkembangannya kemudian diumumkan dalam
buku harian online-nya, yang mengabarkan kemajuannya dalam menulis
Harry Potter dan Relikui Kematian, dengan tanggal perilisan 21 Juli 2007. Buku terakhir ini selesai pada tanggal 11 Januari 2007 di Hotel Balmoral,
Edinburgh. Rowling menuliskan pesan di bagian belakang patung
Hermes, yang berbunyi: "J. K. Rowling selesai menulis
Harry Potter dan Relikui Kematian di kamar ini (552) pada tanggal 11 Januari 2007."
[72]
Rowling sendiri telah menyatakan bahwa bab terakhir dari buku terakhir (epilog) selesai "kira-kira tahun 1990".
[73][74] Pada bulan Juni 2006, Rowling, dalam sebuah acara talk show Inggris,
Richard & Judy,
mengumumkan bahwa beberapa bab telah dimodifikasi karena salah satu
karakter "mendapat penangguhan hukuman" dan dua karakter lainnya yang
sebelumnya selamat harus tewas. Pada 28 Maret 2007, gambar sampul novel
terakhir untuk edisi dewasa dan anak-anak penerbit Bloomsbury serta
Scholastic dirilis.
[75][76]
Prestasi
Dampak budaya
Penggemar seri
Harry Potter yang sangat bersemangat dan tidak
sabar menunggu seri terbaru keluar di toko-toko buku di seluruh dunia
mulai mengadakan acara-acara yang bertepatan dengan peluncuran tengah
malam buku terbaru, yang dimulai saat peluncuran
Harry Potter dan Piala Api
pada tahun 2000. Acara-acara yang diselenggarakan antara lain parade
kostum, permainan, lukisan wajah, dan acara hiburan langsung lainnya.
Ini turut memberikan kontribusi terhadap tingginya popularitas penggemar
Potter dan sukses menarik penggemar untuk membeli buku; hampir sembilan
juta dari 10,8 juta eksemplar cetakan pertama
Harry Potter dan Pangeran Berdarah Campuran terjual dalam 24 jam setelah peluncurannya.
[77][78] Novel terakhir,
Harry Potter dan Relikui Kematian, menjadi buku dengan penjualan tercepat dalam sejarah, terjual sekitar 11 juta eksemplar dalam 24 jam pertama peluncurannya.
[79] Seri
Harry Potter juga sukses mengumpulkan penggemar dewasa, yang menyebabkan setiap novel
Harry Potter diterbitkan dalam dua versi, dengan teks yang sama, namun sampul berbeda, yaitu versi dewasa dan versi anak-anak.
[80] Selain mengadakan pertemuan online melalui situs penggemar,
blog, dan
podcast, penggemar-penggemar setia
Harry Potter juga bisa bertemu dalam
simposium Harry Potter. Kata
Muggle telah menyebar keluar dunia
Harry Potter, menjadi salah satu kata
budaya populer yang tercantum dalam
Oxford English Dictionary.
[81]
Fandom Harry Potter juga mengadakan podcast secara reguler, biasanya
setiap minggu, dengan diskusi-diskusi terbaru dalam fandom.
MuggleCast dan
PotterCast[82] meraih posisi teratas dalam peringkat podcast
iTunes dan menurut hasil jajak pendapat merupakan salah satu dari 50 podcast terfavorit.
[83]
Kesuksesan komersial
Popularitas seri
Harry Potter juga telah menghasilkan kesuksesan komersial bagi Rowling, penerbit, dan pemegang izin
Harry Potter terkait lainnya. Kesuksesan ini menjadikan Rowling sebagai penulis pertama yang menjadi miliarder.
[84] Novel-novel
Harry Potter telah terjual lebih dari 450 juta kopi di seluruh dunia dan telah diadaptasi ke dalam film-film populer yang diproduksi oleh
Warner Bros., yang menjadi
film seri tersukses sepanjang masa.
[85][86]
Film-film ini juga telah menghasilkan delapan permainan video dan
menyebabkan lahirnya lisensi lebih dari 400 produk tambahan lainnya yang
terkait dengan Harry Potter, termasuk sebuah
iPod. Merek dagang Harry Potter diperkirakan bernilai sebesar $15 milyar.
[10]
Tingginya permintaan terhadap buku-buku
Harry Potter memotivasi
New York Times untuk membuat daftar buku terlaris yang terpisah untuk sastra anak pada tahun 2000, tepat sebelum perilisan
Harry Potter dan Piala Api. Pada 24 Juni 2000, novel-novel Rowling bertengger selama 79 minggu berturut-turut dalam daftar buku terlaris
New York Times; tiga novel pertama masing-masingnya menempati daftar buku
hardcover terlaris.
[87] Pada tanggal 12 April 2007,
Barnes & Noble mengungkapkan bahwa
Relikui Kematian telah memecahkan rekor
pra-pemesanan, dengan lebih dari 500.000 eksemplar buku yang dipesan melalui situs mereka.
[88] Untuk perlisan
Piala Api, sebanyak 9.000 truk
FedEx digunakan tanpa tujuan lain selain untuk mendistribusikan buku.
[89] Amazon.com dan
Barnes & Noble telah menjual lebih dari 700.000 eksemplar buku.
[89] Di Amerika Serikat, buku tersebut awalnya dicetak sebanyak 3,8 juta eksemplar, memecahkan rekor percetakan pada saat itu.
[89] Statistik rekor ini dipecahkan oleh
Harry Potter dan Orde Phoenix tiga tahun kemudian, yang dicetak sebanyak 8,5 juta eksemplar, dan kemudian dipecahkan lagi oleh
Pangeran Berdarah Campuran (10,8 juta eksemplar).
[90] 6.9 juta eksemplar
Pangeran Berdarah Campuran
terjual di AS dalam 24 jam setelah perilisannya, sedangkan di Britania
Raya lebih dari dua juta eksemplar terjual di hari pertamanya.
[91] Cetak awal di AS untuk
Relikui Kematian adalah 12 juta eksemplar, dan lebih dari satu juta pra-pemesanan yang dipesan melalui Amazon dan Barnes & Noble.
[92]
Penghargaan dan pengakuan
Seri
Harry Potter telah menerima sejumlah penghargaan sejak dipublikasikannya
Batu Bertuah pada tahun 1997, termasuk empat Whitaker Platinum Book Awards (semuanya diraih pada tahun 2001),
[93] tiga
Nestlé Smarties Book Prize (1997–1999),
[94] dua
Scottish Arts Council Book Awards (1999 dan 2001),
[95] Whitbread Children's Book of the Year Award (1999),
[96] WHSmith Book of the Year (2006),
[97] dan lain sebagainya. Pada tahun 2000,
Harry Potter dan Tawanan Azkaban dinominasikan untuk
Hugo Award for Best Novel, dan pada tahun 2001,
Harry Potter dan Piala Api memenangkan penghargaan tersebut.
[98] Penghargaan lainnya di antaranya
Carnegie Medal (1997),
[99] Guardian Children's Award (1998), dan menempati sejumlah daftar seperti buku terkemuka, pilihan editor, dan buku terbaik dalam
American Library Association,
The New York Times,
Chicago Public Library, dan
Publishers Weekly.
[100]
Sebuah studi pada tahun 2004 menemukan bahwa buku-buku seri
Harry Potter secara umum dibacakan di sekolah-sekolah dasar di
San Diego County, California.
[101] Berdasarkan hasil jajak pendapat online pada 2007,
National Education Association di
Amerika Serikat menempatkan seri
Harry Potter dalam "Top 100 Buku untuk Anak-Anak."
[102] Tiga buku (
Batu Bertuah,
Tawanan Azkaban dan
Piala Api)
merupakan buku-buku yang menempati daftar "Top 100 Chapter Books"
sepanjang masa dalam jajak pendapat pada tahun 2012 yang dilakukan oleh
School Library Journal
School Library Journal.
[103]
Penerimaan
Kritik sastra
Ketujuh novel Harry Potter edisi Britania Raya.
Sejak awal penerbitannya,
Harry Potter mendapat tinjauan positif dari para kritikus. Saat dipublikasikannya buku pertama,
Harry Potter dan Batu Bertuah menarik perhatian surat kabar
Skotlandia seperti
The Scotsman, yang menyatakan bahwa itu "semua bakat klasik",
[104] dan
The Glasgow Herald, yang menyebutnya "barang Magis".
[104] Segera setelah itu, surat kabar Inggris mulai bergabung, lebih dari satu surat kabar membandingkannya dengan karya
Roald Dahl:
The Mail on Sunday menilainya sebagai "debut paling imajinatif sejak Roald Dahl",
[104] pandangan yang sama juga ditulis oleh
The Sunday Times ("perbandingannya dengan Dahl adalah, sama-sama imajinatif"),
[104] sedangkan
The Guardian menyebutnya sebagai "novel bertekstur kaya yang ditumpangi oleh kejenakaan."
[104]
Pada saat diterbitkannya buku kelima,
Harry Potter dan Orde Phoenix, buku-buku
Harry Potter mulai menerima kritik keras dari sejumlah pakar sastra. Profesor Yale, sarjana sastra dan kritikus
Harold Bloom
mengkritik buku tersebut sebagai sastra, mengatakan: "pikiran Rowling
begitu diatur oleh klise dan metafora yang mati sehingga ia tidak
memiliki gaya penulisan lain."
[105] A. S. Byatt menulis sebuah artikel
op-ed di
New York Times,
menyebut dunia Rowling sebagai "dunia sekunder, terbuat dari motif
derifatif cerdas dari segala jenis sastra anak... ditulis untuk
orang-orang yang hidupnya imajinatif, yang terbatas pada kartun TV,
opera sabun, realitas TV dan gosip selebriti yang berlebih-lebihan."
[106]
Michael Rosen,
seorang novelis dan penyair, menyatakan bahwa buku-buku Rowling tidak
cocok untuk anak-anak, yang tidak akan mampu memahami temanya yang
kompleks. Rosen juga menyatakan bahwa "JK Rowling tak lebih dari seorang
penulis dewasa."
[107] Kritikus
Anthony Holden menulis di
The Observer berdasarkan pengalamannya dalam menilai
Harry Potter dan Tawanan Azkaban untuk
Whitbread Awards 1999. Pandangannya secara keseluruhan mengenai seri
Harry Potter
adalah negatif – "saga Potter pada dasarnya merendahkan, konservatif,
sangat derivatif, nostalgia bagi Inggris masa lampau", dan ia menyatakan
bahwa seri itu "biasa saja, dengan gaya prosa yang tidak gramatikal".
[108] Ursula Le Guin
menyatakan: "Saya tidak punya pendapat hebat mengenai seri itu. Saat
begitu banyak orang dewasa yang mengkritik tentang 'orisinalitas luar
biasa' dari buku Harry Potter pertama, saya membacanya untuk mengetahui
apa yang diributkan itu, dan tetap agak bingung; tampak seperti fantasi
anak-anak yang disilangkan dengan "novel sekolah", baik untuk kelompok
usia, namun gayanya biasa, imajinatif derivatif, dan secara etis agak
kejam."
[109]
Sebaliknya, penulis
Fay Weldon
mengakui bahwa seri ini "tidak seperti yang diharapkan penyair", namun
melanjutkan dengan mengatakan: "tapi ini bukan puisi, ini untuk dibaca,
untuk dijual, hiburan sehari-hari, dan prosa yang hebat".
[110] Kritikus sastra A. N. Wilson memuji seri
Harry Potter di
The Times,
menyatakan: "Tidak banyak penulis yang memiliki kemampuan Dickensian
seperti JK yang akan membuat kita membalik halaman, menangis
terang-terangan, dengan air mata meleleh-dan beberapa halaman kemudian
kita tertawa, karena lelucon yang bagus... Kita telah hidup sepanjang
satu dekade untuk membaca cerita anak-anak yang paling lucu, paling
menyeramkan, dan paling mengharukan yang pernah ditulis."
[111] Charles Taylor dari
Salon.com, yang pada dasarnya adalah seorang kritikus film,
[112]
secara khusus menentang pendapat Byatt. Ia mengakui bahwa seri mungkin
memiliki "poin budaya yang berkisah mengenai sampah budaya pop dan jauh
dari kompleksitas seni",
[113]
namun Taylor menolak pendapat Byatt yang menyatakan bahwa seri ini
bukanlah sastra, dan bahwa kesuksesannya hanyalah karena kisah masa
kanak-kanak yang ditawarkannya. Taylor menekankan tema gelap dari seri,
yang ditunjukkan oleh pembunuhan teman sekolah dan teman dekatnya, serta
luka psikologis dan
pengucilan sosial yang memicunya. Taylor juga berpendapat bahwa
Batu Bertuah
adalah yang paling 'terang' dari ketujuh buku yang diterbitkan, dan
menolak bahwa kisah masa kanak-kanak – yang menurut Byatt – memacu
kesuksesan seri: misalnya, kisah buku pertama dibuka dengan berita
tentang
pembunuhan ganda orangtua Harry, yang mana hal ini jauh dari tema anak-anak.
[113]
Stephen King menyebut seri
Harry Potter
sebagai "sebuah prestasi yang hanya mampu dicapai oleh seseorang dengan
imajinasi unggul", dan menyatakan bahwa "Rowling bermain kata-kata,
memiringkan selera humor" menjadi "luar biasa". Namun, ia menulis bahwa
meskipun ceritanya "bagus", ia "sedikit kesal karena mengetahui kalau
Harry harus berada di rumah bibi dan pamannya yang mengerikan", kisah
awal yang ditampilkan dalam ketujuh buku.
[38] King juga bercanda dengan menyatakan bahwa "Rowling tidak pernah menemukan
adverb
yang tidak ia sukai!". King memprediksi bahwa Harry Potter "akan
bertahan sepanjang waktu dan berakhir di rak buku di mana hanya yang
terbaik yang akan disimpan; saya pikir Harry akan menempati tempat yang
sama dengan
Alice,
Huck,
Frodo, dan
Dorothy, dan ini adalah salah satu seri yang tidak hanya akan bertahan sepanjang dekade, tetapi sepanjang masa."
[114]
Dampak sosial
Meskipun
majalah Time menempatkan Rowling di posisi kedua
Person of the Year pada tahun 2007, tidak ada inspirasi sosial, moral, dan politik yang diberikan Rowling kepada penggemarnya.
[115] Kritikus buku
Washington Post, Ron Charles, berpendapat pada Juli 2007 bahwa sejumlah besar orang dewasa membaca seri
Potter, namun hal ini tidak hanya dialami oleh
Harry Potter,
buku-buku lainnya juga mewakili "kasus buruk budaya kekanak-kanakan",
dan berpendapat bahwa tema "baik vs jahat" dalam seri ini sangat
"kekanak-kanakan". Ia juga berpendapat "bukan salah Rowling" jika
terjadi histeria budaya dan pemasaran yang ditandai dengan publikasi
buku-buku berikutnya dengan "anak-anak dan orang dewasa yang mengantre
di stadion besar, sikap media massa menjadi penyebab tidak ada novel
lainnya yang dapat menghasilkan publikasi sebesar itu".
[116]
Pustakawan Nancy Knapp mengungkapkan bahwa seri ini berpotensi untuk meningkatkan angka
melek huruf dengan memotivasi anak-anak untuk membaca lebih sering.
[117]
Sepakat dengan Knapp, Diane Penrod juga memuji pencampuran antara
hiburan sederhana dengan "kualitas fiksi sastra yang cerdas" dalam buku,
namun mengungkapkan keprihatinannya atas efek mengganggu dari produksi
pernak-pernik yang menyertai peluncuran buku.
[118]
Jennifer Conn menggunakan metode mengajar Snape dan pelatih
Quidditch Madam Hooch sebagai contoh mengenai apa yang harus dihindari dan apa yang harus ditiru dalam proses mengajar,
[119] dan Joyce Fields menulis bahwa buku-buku
Harry Potter memuat empat dari lima topik utama dalam kelas
sosiologi tahun pertama: "konsep sosiologi, termasuk budaya, masyarakat, dan
sosialisasi;
stratifikasi dan
ketimpangan sosial;
lembaga sosial; dan
teori sosial."
[120]
Jenny Sawyer menulis pada 25 Juli 2007 dalam
Christian Science Monitor bahwa buku
Harry Potter
menciptakan "tren komersialisasi penceritaan dongeng masyarakat Barat",
"moral dalam cerita tersebut sudah tersampaikan, namun dilenyapkan
akibat adanya unsur
budaya pop
saat ini. Setelah 10 tahun, 4.195 halaman, dan lebih dari 375 juta
kopi, prestasi menjulang J.K. Rowling memiliki landasan hampir semua
unsur sastra anak: "kepahlawanan". Harry Potter, menurut Sawyer, tidak
menghadapi "perjuangan moral" ataupun mengalami pertumbuhan etika, dan
dengan demikian "tidak ada panduan untuk membedakan mana yang benar dan
mana yang salah".
[121] Sebaliknya, Emily Griesinger menggambarkan perjalanan Harry untuk pertama kalinya ke
Peron 9¾
sebagai perwujudan dari iman dan harapan, dan perjumpaannya dengan Topi
Seleksi adalah hal pertama dari banyak hal di mana karakter Harry
dibentuk oleh pilihan yang dibuatnya. Griesinger juga mencatat adanya
"sihir yang lebih kuat" dalam pengorbanan ibu Harry untuk melindungi
putranya di sepanjang seri, yang gagal dipahami
Voldemort.
[122]
Dalam artikel
Slate
tanggal 8 November 2002, Chris Suellentrop menyejajarkan Potter dengan
"anak malang yang sukses di sekolah karena bakat teman-teman dan
kerabatnya". Ia mencatat bahwa dalam fiksi Rowling, kemampuan sihir
adalah "sesuatu yang kau peroleh sejak lahir, bukan sesuatu yang dapat
dicapai", Suellentrop juga menyatakan bahwa pepatah Dumbledore: "Pilihan
kitalah, yang menunjukkan orang seperti apa kita, lebih dari kemampuan
kita", adalah munafik.
[123] Pada 12 Agustus 2007,
New York Times meninjau
Relikui Kematian,
Christopher Hitchens memuji Rowling atas "cerita sekolah Inggris-nya" tanpa menciptakan "dunia demokrasi yang penuh keragaman".
[124]
Kontroversi
Foto dari surat kabar satir
The Onion, yang berlelucon bahwa Harry Potter menyebabkan anak-anak berperilaku
Satanisme.
Buku-buku
Harry Potter telah menjadi subjek dari sejumlah kasus hukum. Kelompok Kristen Amerika mengklaim bahwa buku-buku
Harry Potter mempromosikan ajaran
Wicca dan sihir di kalangan anak-anak, dan berbagai konflik lainnya terkait dengan pelanggaran
hak cipta dan merek dagang. Popularitas dan tingginya
nilai pasar dari seri
Harry Potter telah membuat Rowling, penerbit, dan distributor film
Warner Bros. mengambil tindakan hukum untuk melindungi hak cipta Harry Potter, termasuk melarang penjualan produk-produk imitasi
Harry Potter, menegur para pemilik situs web yang memakai
nama domain "Harry Potter", dan menuntut penulis bernama
Nancy Stouffer karena menuduh bahwa Rowling telah menjiplak karyanya.
[125][126][127] Berbagai pemuka-pemuka agama mengklaim bahwa buku-buku
Harry Potter mempromosikan sihir dan oleh karena itu tidak cocok bagi anak-anak,
[128] sedangkan sejumlah kritikus juga mengkritik buku-buku Rowling karena mempromosikan agenda politik.
[129][130]
Buku-buku
Harry Potter juga telah menimbulkan kontroversi dalam dunia sastra dan penerbitan. Pada tahun 1997-1998,
Harry Potter dan Batu Bertuah
memenangkan hampir semua penghargaan buku di Britania Raya yang dinilai
oleh anak-anak, namun tidak ada satupun penghargaan buku anak-anak yang
dinilai oleh orang dewasa.
[131] Sandra Beckett menyindir bahwa buku-buku ini hanya populer di kalangan anak-anak.
[132] Pada tahun 1999,
Whitbread Book of the Year Award
untuk pertama kalinya memberikan penghargaan utama bagi buku anak-anak,
dan salah satu juri mengancam akan mengundurkan diri jika
Harry Potter dan Tawanan Azkaban dinyatakan sebagai pemenang. Buku ini pada akhirnya hanya menempati posisi kedua, di belakang pemenang hadiah puisi
Seamus Heaney, yang menerjemahkan puisi
epik Anglo-Saxon,
Beowulf.
Antara tahun 1997-1999, Rowling secara berturut-turut memenangkan
Smarties Book Awards. Rowling akhirnya menarik diri dari kompetisi ini
untuk memberikan kesempatan pada penulis yang lainnya.
[132]
Pada tahun 2000, tak lama sebelum penerbitan
Harry Potter dan Piala Api, tiga seri
Harry Potter sebelumnya telah menduduki puncak daftar buku fiksi terlaris
New York Times,
atau sepertiga dari entri buku-buku anak-anak. Surat kabar itu kemudian
menciptakan daftar terbaru untuk buku anak-anak, memisahkan antara
fiksi dan nonfiksi, serta
hardcover dan
softcover untuk memberikan kesempatan pada buku anak-anak yang lainnya. Langkah ini didukung oleh para penerbit dan penjual buku.
[87] Pada tahun 2004,
The New York Times lagi-lagi memecah daftar buku anak-anak terlaris yang masih saja tetap didominasi oleh buku-buku
Harry Potter, memisahkan antara buku berseri dan buku individu, dan menyingkirkan
Harry Potter dari daftar buku individu.
[133]
Pemecahan daftar ini telah memicu berbagai pujian, kecaman, dan
beberapa komentar yang menunjukkan manfaat dan kerugian dari langkah
ini.
[134] New York Times beralasan bahwa pemecahan daftar ini sama dengan kasus Billboard yang harus membuat
tangga lagu terpisah pada tahun 1964 saat grup musik Inggris
The Beatles merajai lima tangga lagu sekaligus, atau
Nielsen yang harus membuat daftar
game-show terpisah saat
Who Wants to Be a Millionaire? – yang juga berasal dari Inggris – mendominasi
rating Nielsen.
[135]
Adaptasi
Film
Lokomotif yang ditampilkan sebagai
Hogwarts Express dalam seri film
Harry Potter.
Pada tahun 1998, Rowling menjual hak film dari empat buku pertama
Harry Potter kepada
Warner Bros. dengan harga £1 juta ($1.982.900).
[136][137] Rowling meminta agar para pemain dalam film
Harry Potter haruslah berasal dari Britania, namun tidak menutup kemungkinan pemeran berkebangsaan lainnya juga terlibat, misalnya aktor
Irlandia Richard Harris yang memerankan Dumbledore, dan pemeran Perancis dan
Eropa Timur dalam film
Harry Potter and the Goblet of Fire, yang memang sesuai dengan asal karakter dalam buku.
[138] Sejumlah sutradara dipertimbangkan untuk menggarap
Harry Potter, termasuk
Steven Spielberg,
Terry Gilliam,
Jonathan Demme, dan
Alan Parker. Pada akhirnya,
Chris Columbus ditunjuk pada 28 Maret 2000 untuk menyutradarai
Harry Potter and the Philosopher's Stone (berjudul "
Harry Potter and the Sorcerer's Stone" di Amerika Serikat). Penunjukan Columbus ini didasari oleh karya-karya film keluarganya seperti
Home Alone dan
Mrs. Doubtfire, serta pengalamannya yang terbukti mampu mengarahkan anak-anak saat bermain film.
[139] Setelah proses
pemilihan pemeran yang panjang, syuting dimulai pada bulan Oktober 2000 di
Leavesden Film Studios London, dan produksi berakhir pada bulan Juli 2001.
[140][141] Philosopher's Stone dirilis pada tanggal 14 November 2001. Tiga hari setelah rilis film pertama, produksi untuk
Harry Potter and the Chamber of Secrets,
yang juga disutradarai oleh Columbus, dimulai. Syuting film kedua
selesai pada musim panas 2002, filmnya sendiri dirilis pada 15 November
2002.
[142] Daniel Radcliffe,
Rupert Grint, dan
Emma Watson masing-masingnya memerankan
Harry Potter,
Ron Weasley dan
Hermione Granger di keseluruhan film.
Columbus menolak menyutradarai film ketiga,
Harry Potter and the Prisoner of Azkaban, dan hanya bertindak sebagai produser. Sutradara Meksiko
Alfonso Cuarón
mengambil alih posisi Columbus sebagai sutradara, dan setelah
pengambilan gambar pada tahun 2003, film ini dirilis pada 4 Juni 2004.
Film keempat mulai diproduksi sebelum dirilisnya film ketiga. Oleh sebab
itu,
Mike Newell dipilih sebagai sutradara untuk
Harry Potter and the Goblet of Fire, yang dirilis pada 18 November 2005.
[143] Newell merupakan sutradara Inggris pertama yang menggarap seri
Harry Potter.
Harry Potter and the Order of the Phoenix disutradarai oleh sutradara televisi
David Yates.
Produksi film ini dimulai pada bulan Januari 2006 dan dirilis setahun
kemudian pada bulan Juli 2007, bertepatan dengan peluncuran novel
terakhir,
Harry Potter dan Relikui Kematian. Oleh sebab itu, banyak yang menganggap bahwa Juli 2007 adalah "bulannya Harry Potter".
[144][145] Karena eksekutif "sangat menyukai" film sebelumnya, Yates terpilih lagi untuk menyutradarai
Harry Potter and the Half-Blood Prince, yang dirilis pada 15 Juli 2009.
[146][147][148][149]
Pada bulan Maret 2008, Presiden dan COO Warner Bros.,
Alan F. Horn, mengumumkan bahwa film terakhir dalam seri,
Harry Potter and the Deathly Hallows, akan dirilis dalam dua bagian sinematik:
Bagian 1 pada 19 November 2010 dan
Bagian 2
pada 15 Juli 2011. Produksi kedua bagian ini dimulai pada bulan
Februari 2009, dan hari terakhir pengambilan gambar berlangsung pada 12
Juni 2010.
[150][151]
Rowling memiliki kontrol kreatif atas seri film
Harry Potter, mengamati proses pembuatan film
Philosopher's Stone dan menjabat sebagai produser pada kedua film
Deathly Hallows, bersama dengan
David Heyman dan
David Barron.
[152] Film-film
Harry Potter selalu merajai tangga
box office. Secara keseluruhan, kedelapan film tersebut menjadi
film seri dengan pendapatan kotor tertinggi di seluruh dunia.
Philosopher's Stone adalah film
Harry Potter dengan pendapatan kotor tertinggi sampai dirilisnya film terakhir,
Deathly Hallows Part 2, sedangkan
Prisoner of Azkaban berpendapatan kotor paling rendah.
[153] Selain sukses secara finansial, seri film
Harry Potter juga sukses secara kritikal.
[154][155]
Pendapat mengenai film-film
Harry Potter di antara penggemar
umumnya terbagi dua; satu kelompok lebih memilih untuk setia pada dua
film pertama, dan kelompok lainnya lebih memilih untuk menyukai
film-film sesudahnya.
[156] Rowling sendiri secara rutin selalu mendukung setiap film, dan menyatakan bahwa
Deathly Hallows adalah "salah satu favoritnya" dalam seri.
[157][158][159][160]
Rowling menulis di situs webnya tentang transisi dari buku ke film:
"Tidak mungkin untuk memasukkan setiap alur cerita buku ke dalam sebuah
film yang durasinya hanya di bawah empat jam. Jelas film memiliki
batasan-batasan yang tidak dimiliki novel, kendala waktu dan anggaran;
sementara saya bisa membuat efek yang memukau tanpa mengandalkan apapun
selain interaksi antara imajinasi saya sendiri dan para pembaca".
[161]
Dalam
British Academy Film Awards ke-64 pada bulan Februari 2011, Rowling, bersama dengan produser
David Heyman dan David Barron serta sutradara David Yates, Alfonso Cuarón dan Mike Newell menerima penghargaan
Michael Balcon Award for Outstanding British Contribution to Cinema atas nama semua film dalam seri
Harry Potter. Aktor
Rupert Grint dan
Emma Watson, yang memerankan karakter
Ron Weasley dan
Hermione Granger, juga hadir.
[162][163]
Permainan
Ada sebelas permainan video
Harry Potter, delapan di antaranya sesuai dengan film dan buku, dan tiga lainnya merupakan
spin-off. Permainan yang didasarkan pada film/buku diproduksi oleh
Electronic Arts, termasuk permainan
Harry Potter: Quidditch World Cup. Versi permainan video pertama dalam seri;
Philosopher's Stone,
dirilis pada bulan November 2001. Setiap permainan video umumnya
dirilis bertepatan dengan perilisan film, yang berisi pemandangan dan
detil dari adegan film serta dialog dan semangat dari kisah buku.
Permainan biasanya berlangsung di dalam dan di sekitar kastil
Hogwarts
dan di berbagai kawasan sihir lainnya. Cerita dan desain permainan
mengikuti karakterisasi dan plot film; EA bekerja sama dengan Warner
Brothers agar bisa memasukkan adegan film ke dalam permainan. Permainan
video terakhir dalam seri,
Deathly Hallows, dipecah menjadi dua bagian, yakni
Bagian 1, yang dirilis pada November 2010 dan
Bagian 2, yang dirilis untuk
konsol
pada bulan Juli 2011. Permainan terdiri dari dua entri, dengan entri
pertama yang menyampaikan tema intens dari aksi dan kekerasan, gameplay
memiliki format bergaya penembak orang-ketiga.
[164][165] Permainan
spin off lainnya seperti
Lego Harry Potter: Years 1–4 dan
Lego Harry Potter: Years 5–7 dikembangkan oleh
Traveller's Tales dan dipublikasikan oleh
Warner Bros. Interactive Entertainment. Sejumlah permainan media noninteraktif lainnya juga telah dirilis, misalnya permainan papan
Cluedo Harry Potter Edition,
Scene It? Harry Potter dan
Lego Harry Potter, yang dipengaruhi oleh tema dalam novel ataupun film.
Buku audio
Ketujuh buku
Harry Potter telah dirilis secara lengkap dalam versi buku audio (
audiobook), dengan
Stephen Fry yang bertindak sebagai pembaca untuk pendengar di Britania Raya, dan
Jim Dale menyuarakan keseluruhan seri untuk buku audio edisi Amerika Serikat.
[166][167]
Atraksi
Amerika Serikat
Kastil Hogwarts yang digambarkan dalam Wizarding World of Harry Potter di Universal Orlando Resort's Island of Adventure.
Setelah sukses dengan film dan buku, Universal dan Warner Brothers
mengumumkan bahwa mereka akan membangun "The Wizarding World of Harry
Potter," perluasan tema
Harry Potter baru yang dibangun di taman hiburan
Islands of Adventure di
Universal Orlando Resort,
Florida.
Tanah yang baru, yang dipromosikan sebagai pulau hiburan ketujuh di
taman tersebut, dibangun di sepanjang tanah yang disediakan untuk
perluasan di luar batas asli taman, sampai ke pulau-pulau di
The Lost Continent.
Pembukaan kecil-kecilan taman hiburan ini diadakan pada akhir Maret
2010, dan pembukaan taman secara resmi diselenggarakan pada 16 Juni 2010
untuk tamu terpilih. Taman secara resmi dibuka untuk umum pada tanggal
18 Juni 2010.
[168]
Para pengunjung akan memasuki taman melalui stasiun Hogsmeade,
[169] yang mengarah ke desa
Hogsmeade, dan kastil
Hogwarts
terletak di ujung jalan. Kastil Hogwarts merupakan atraksi utama dalam
taman hiburan ini, yang di dalamnya terdapat berbagai wahana dan
permainan seperti
Harry Potter & the Forbidden Journey, sebuah
KUKA
yang membawa penumpang melalui adegan realistis yang dipengaruhi oleh
film dan buku, termasuk meluncur di atas Hogwarts, ikut pertandingan
Quidditch, dan mendekati
naga,
dementor, dan Dedalu Perkasa.
[170] Atraksi lainnya di antaranya rollercoaster kembar berkecepatan tinggi bernama
Dragon Challenge, Dueling Dragons, dan rollercoaster khusus keluarga bernama
Flight of the Hippogriff.
Selain itu, terdapat berbagai tempat yang terinspirasi oleh buku dan
film, di antaranya Honeydukes, yang menjual permen, cokelat kodok, dan
kacang segala rasa Bertie Bott, toko tongkat sihir
Ollivander,
Toko Lelucon Zonko yang menjual berbagai barang seperti Teropong
Curiga, dan Three Broomsticks yang menyajikan berbagai makanan dan
minuman, yang paling terkenal adalah Butterbeer dan jus labu.
Dibangun dengan biaya sebesar $265 juta, taman hiburan
Harry Potter "selalu penuh dan harus menunggu selama dua jam hanya untuk masuk ke... toko
merchandise." Islands of Adventure mengalami peningkatan besar terkait dengan jumlah pengunjung, yang juga meningkatkan laba sebesar 36%,
[171] mengungguli pesaingnya,
Walt Disney World.
[172] Disney sendiri pada awalnya telah ditawarkan untuk membangun taman hiburan
Harry Potter, namun menolak kesempatan tersebut.
[173]
Britania Raya
Pada bulan Maret 2011, Warner Bros. mengumumkan rencana untuk membangun atraksi wisata di
Britania Raya yang akan menampilkan tema dalam film seri
Harry Potter.
Warner Bros. Studio Tour London akan memfasilitasi pembangunan ini,
termasuk menampilkan set otentik film, kostum, dan alat peraga dari film
seri. Atraksi wisata ini akan berlokasi di
Warner Bros. Studios, Leavesden, yang merupakan tempat keseluruhan film-film
Harry Potter dibuat.
Warner Bros.
sendiri menyatakan bahwa dua panggung suara baru akan dibangun untuk
menampilkan set yang terkenal dari masing-masing film setelah adanya
investasi sebesar £100 juta.
[174] Beberapa set telah dibangun, dan tiket sudah mulai dijual. Atraksi ini dibuka untuk umum pada bulan Maret 2012.
[175]
sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Harry_Potter